Selasa, 08 Desember 2015

Rencana Penulisan Karya Ilmiah

Anda akan berlatih mendaftar hal-hal yang perlu ditulis berdasarkan topik yang dipilih, menentukan gagasan yang akan dikembangkan dalam karya tulis ilmiah (berdasarkan pengamatan atau penelitian), menyusun kerangka karya tulis ilmiah, dan menyunting karya ilmiah sendiri atau karya orang lain.
1. Mendaftar Hal-Hal yang Perlu Ditulis Berdasarkan Topik yang Dipilih
Sebelum Anda membuat suatu karya tulis ilmiah, maka terlebih dahulu Anda akan menentukan topik apa yang akan Anda angkat dalam penulisan ilmiah tersebut. Misalnya saja Anda akan meneliti mengenai kalimat tidak efektif. Penelitian tentang kalimat tidak efektif sangatlah luas. Oleh karena itu, sebaiknya Anda membatasi ketidakefektifan kalimat khususnya kemubaziran. Kemubaziran pun memiliki bidang yang luas misalnya kemubaziran reduplikasi, komposisi, kata tugas.
Apabila Anda akan meneliti secara mendalam lebih baik jika Anda memfokuskan pada salah satu saja misalnya kemubaziran dalam hal reduplikasi. Reduplikasi sendiri terdiri dari reduplikasi sebagian, seluruh, historis, morfologis.
Hal-hal yang dapat diteliti misalnya dalam kalimat berikut: Para siswa-siswa sedang melaksanakan upacara bendera. Bentuk “para siswa-siswa” merupakan kemubaziran karena kata “para” sendiri berarti jamak.
Pada hakikatnya karya tulis ilmiah merupakan laporan penelitian yang disusun dengan mengikuti format tertentu. Dari berbagai format yang ada terdapat satu kesamaan yaitu: karya ilmiah ini merupakan fakta atau nyata bukan cerita atau rekayasa.
Adapun kategori karya tulis ilmiah adalah sebagai berikut.
a. Karya tulis yang berdasarkan pada fakta bukan cerita,
b. Ditulis dengan format karya ilmiah,
c. Berupa hasil penelitian atau pengamatan,
d. Bersifat aktual.
2. Menentukan Gagasan yang akan Dikembangkan dalam Karya
Ilmiah
Dalam pembahasan di atas, Anda telah memilih topik tentang ketidakefektifan kalimat khususnya kemubaziran. Dari masalah tersebut, Anda akan lebih memfokuskan pada kemubaziran dalam hal reduplikasi. Reduplikasi ini akan Anda kembangkan menjadi satu bentuk penelitian yang kompleks disertai dengan pembahasan yang lengkap.
Jadi, apabila Anda telah menentukan topik yang akan dijadikan sebagai bahan penulisan karya ilmiah, langkah selanjutnya adalah menentukan gagasangagasan. Gagasan-gagasan inilah yang kemudian akan Anda kembangkan.
3. Menyusun Kerangka Karya Tulis Ilmiah
Yang dimaksud dengan kerangka karya tulis adalah rencana kerja yang memuat garis-garis besar suatu karya tulis. Format kerangka karya tulis secara umum meliputi pendahuluan, pembahasan, dan penutup yang disertai kesimpulan serta saran.
a. Bagian pendahuluan biasanya memuat latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, rumusan masalah, identifikasi masalah, dan landasan teori.
b. Bagian pembahasan memuat gagasan-gagasan permasalahan yang hendak disampaikan. Dikemukakan pula masalah temuan-temuan dan analisis terhadap data-data yang telah dikumpulkan.
c. Bagian penutup memuat secara singkat masalah-masalah penting dari pembahasan sebelumnya. Disertakan pula saran-saran dari penulis yang merupakan tindak lanjut dari penelitian tersebut. Selain hal tersebut, masih pula ditambah daftar pustaka, kata pengantar, dan daftar isi.
FORMAT PENYUSUNAN KARYA ILMIAH
1. Bagian Awal
Bagian awal ini dimulai dari halaman judul sampai dengan abstrakpenelitian. Komponen-komponen bagian ini  secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Halaman Sampul dan Halaman Judul
Halaman sampul memuat 1) judul, 2) lambang atau logo sekolah, 3) nama dan nomor siswa, dan 4) nama sekolah.
b) Halaman Persetujuan
Halaman persetujuan ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama siswa yang menyusun karya ilmiah beserta nomor induk siswa, 3) tanda tangan dan nama terang pembimbing, dan 4) kata persetujuan.
c) Halaman Pengesahan
Halaman ini memuat bukti pengesahan administratif dan akademik oleh kepala sekolah. Halaman ini memuat 1) judul karya ilmiah, 2) nama siswa yang menyiapkan karya ilmiah, 3) kalimat pengesahan beserta tanggal, bulan, dan tahun, 4) tanda tangan dan nama terang kepala sekolah serta cap stempel.
d) Kata Pengantar
Kata pengantar memuat informasi umum atau uraian singkattentang maksud penulisan karya ilmiah, harapan penulis terhadap penelitian (yang kemudian hasilnya ditulis dalam bentuk karya ilmiah), dan penyampaian rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berjasa dalam karya ilmiah.
e) Daftar Isi
Daftar isi ini memuat secara rinci isi keseluruhan karya ilmiah beserta letak nomor halamannya, mulai dari halaman judul sampai dengan lampiran. Komponen isi karya ilmiah ini dicantumkan dalam daftar isi antara lain meliputi judul-judul bab dan subbab. Penulisan daftar isi harus mempertahankan konsistensi dalam pencantuman komponen-komponen itu.
f) Daftar Tabel dan Halaman Gambar (jika ada)
Daftar tabel dan halaman gambar berisi nomor urut halaman tempat tabel, dan gambar tersebut disajikan. Tiap-tiap jenis dikelompokkan dan diberi nomor urut tersendiri.
g) Abstrak
Abstrak disusun dengan komponen-komponen sebagai berikut: 1) nama siswa, ditulis dari belakang apabila terdiri dari dua bagian nama, 2) tahun pembuatan, 3) judul karya ilmiah (dalam tanda petik, huruf kapital hanya pada awal setiap kata), 4) kata Karya Ilmiah ditulis miring, 5) nama kota, 6) nama sekolah, 7) kata ABSTRAK Penulisan isi abstrak tersebut dituangkan dalam tiga paragraf dengan spasi tunggal. Paragraf pertama berisi uraian singkat mengenai latar belakang masalah dan tujuan penelitian. Paragraf kedua berisi metode penelitian, mencakup populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Paragraf ketiga berisi hasil penelitian dan pembahasan.
2. Bagian Tengah
Bagian tengah ini terdiri dari isi karya ilmiah dan daftar pustaka.
a. Bab I Pendahuluan
1) Latar Belakang Masalah
Berisi uraian tentang hal-hal yang melatarbelakangi timbulnya masalah.
2) Identifikasi Masalah
Berisi berbagai masalah yang dapat dikenali atau muncul yang berkaitan dengan judul karya ilmiah.
3) Pembatasan Masalah
Berisi masalah yang akan dibahas. Tidak semua masalah yang ada akan dibahas. Tujuannya agar lebih terfokus.
4) Perumusan Masalah
Beberapa masalah yang telah ada pada pembatasan masalah dirumuskan dengan kalimat tanya.
5) Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini menjelaskan secara spesifik tujuan atau hal-hal yang ingin dicapai melalui penelitian ini.
6) Manfaat Penelitian
Manfaaat penelitian ini berkaitan dengan penerapan hasil penelitian, baik bagi penulis atau pun masyarakat di sekitar.
b. Bab II Kajian Pustaka
Bab ini membahas tiga hal penting yaitu:
1) Kerangka Teoretis
Dalam subbab ini diuraikan berbagai teori yang mendukung permasalahan yang diajukan. Uraian dapat mengambil dari bukubuku dengan berpedoman pada format karya ilmiah.
2) Kerangka Pemikiran
Dari berbagai teori yang dikemukakan dalam kerangka teoretik kemudian ditentukan suatu kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian.
3) Hipotesis (jika ada)
Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap hasil penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris.
c. Bab III Metode Penelitian
1) Subjek dan Objek
Subjek adalah semua benda, individu, atau hal yang akan diteliti.Objek merupakan bagian dari subjek yang memiliki ciri yang dimilikioleh subjek.
2) Metode Pengumpulan Data
Berisi cara yang digunakan untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian.
3) Alat Penelitian
Alat penelitian berupa alat-alat yang digunakan untuk memperoleh data. Alat data ini dapat berupa kartu data, angket, kuesioner, danlain-lain.
4) Metode Analisis Data
Penggunaan metode analisis data ini tergantung pada metode yang akan digunakan untuk membahas hasil penelitian.
d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
1) Hasil Penelitian
Berisi hasil-hasil penelitian yang diperoleh peneliti disertai data-datapendukung.
2) Pembahasan
Terhadap penelitian yang telah disajikan pada subbab di atas kemudian diadakan pembahasan. Mengapa hasilnya seperti itu? Apa kaitan hasil dengan permasalahan yang ada? Jadi, pada pembahasan ini dikemukakan pemikiran-pemikiran kreatif tentang hasil penelitianitu.
e. Bab V Kesimpulan dan Saran
1) Kesimpulan
Kesimpulan diambil berdasarkan hasil penelitian dan sejalan dengan perumusan masalah. Kesimpulan diuraikan secara ringkas, jelas, padat, dan sistematis serta dalam bahasa yang komunikatif tentang penemuan-penemuan yang diperoleh dalam penelitian.
2) Saran
Saran dirumuskan secara lugas, operasional, dan relevan dengan temuan-temuan penelitian.
f. Daftar Pustaka
Bagian ini berisi daftar semua pustaka yang dijadikan acuan atau pegangan, serta landasan penelitian. Daftar pustaka disusun atas dasar alfabetis nama pengarang tanpa nomor urut. (1) nama pengarang, (2) tahun terbit, (3) judul buku, (4) tempat penerbitan, dan (5) nama penerbit.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir ini memuat semua lampiran yang berupa dokumen atau bahan yang digunakan untuk menunjang penyusunan karya ilmiah. Lampiran dipilih bahan sedemikian rupa sehingga bahan-bahan yang relevan saja yang dilampirkan. Sebelum seseorang memulai menulis karya ilmiah, terlebih dahulu harus membuat kerangka karya tulis ilmiah ini. Berikut ini contoh kerangka karya tulis ilmiah.
Kerangka Karya Ilmiah (Proposal Penelitian)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoretis
B. Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis (jika ada)
BAB III METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
B. Metode Pengumpulan Data
C. Instrumen Penelitian
D. Metode Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran


sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Karya_ilmiah
www.slideshare.net/umarsyukri/tata-cara-pembuatan-karya-tulis 
 

KALIMAT EFEKTIF



BAB 1


PENDAHULUAN



Latar Belak
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu. Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai sasarannya secara baik disebu tdengan kalima tefektif.
 Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang dituliskan.
 Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim,1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur, kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat efektif dengan segala permasalahannya.

Rumusan Masalah
1.      Memahami pengertian Kalimat Efektif
2.      Memahami ciri-ciri dan contoh Kalimat Efektif
3.      Memahami jenis kesalahan dalam menyusun kalimat efektif dan pembetulannya
4.      Memahami hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif
5.      Memahami pengertian dan contoh Kalimat Turunan ?

Manfaat Makalah
Adapun manfaat penulisan adalah sebagai berikut :
1.      Memberikan informasi kepada pembaca tentang Kalimat Efektif
2.      Memberikan informasi kepada pembaca tentang fungsi kalimat Efektif
3.      Sebagai ajang berfikir ilmiah dan kreatif bagi penulis dan pembaca



BAB II

PEMBAHASAN


II.1. Pengertian Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif  adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.


II.2. Ciri-Ciri Kalimat Efektif dan Contoh
II.2.1. Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
·        Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT). (Tidak Menjamakkan Subjek)
Contoh:
·        Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan (tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)

II.2.2. Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
·        Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).

II.2.3. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
·        Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
·        Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)


II.2.4. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
·        Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)

II.2.5.Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
·        Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
·        Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)

II.2.6. Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
·        Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
·        Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)

II.2.7. Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
·        Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
·        Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
·        Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
·        Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
·        Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
·        Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
·        Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.


II..3. Kesalahan dalam Menyusun Kalimat Efektif dan Pembetulannya
II.3.1. Pleonastis
Pleonastis atau pleonasme adalah pemakaian kata yang mubazir (berlebihan), yang sebenarnya tidak perlu. Contoh-contoh kalimat yang mengandung kesalahan pleonastis antara lain:
·        Banyak tombol-tombol yang dapat Anda gunakan.
Kalimat ini seharusnya : Banyak tombol yang dapat Anda gunakan.
·        Kita harus saling tolong-menolong.
Kalimat ini seharusnya : Kita harus saling menolong, atau Kita seharusnya tolong-menolong.

II.3.2. Kontaminasi

            Contoh kalimat yang mengandung kesalahan kontaminasi dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
·        Fitur terbarunya Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.
Kalimat tersebut akan menjadi lebih efektif apabila akhiran –nya dihilangkan. Sehingga menjadi : 
·        Fitur terbaru Adobe Photoshop ini lebih menarik dan bervariasi.

II.3.3. Salah pemilihan kata

            Contoh kalimat yang mengandung kesalahan pemilihan kata dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
·        Saya mengetahui kalau ia kecewa.
            Seharusnya: Saya mengetahui bahwa ia kecewa.

II.3.4. Salah nalar

            Contoh kalimat yang mengandung kesalahan nalar dapat kita lihat pada kalimat berikut ini:
·        Bola gagal masuk gawang.
            Seharusnya: Bola tidak masuk gawang.

II.3.5. Pengaruh bahasa asing atau daerah (interferensi)
Bahasa Asing
            Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa asing terlihat pada kalimat berikut:
·        Saya tinggal di Semarang di mana ibu saya bekerja.
            Kalimat ini bisa jadi mendapatkan pengaruh bahasa Inggris, lihat terjemahan kalimat berikut:
            I live in Semarang where my mother work
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
            Saya tinggal di Semarang tempat ibu saya bekerja.
Bahasa daerah
            Contoh kalimat yang mengandung kesalahan karena terpengaruh bahasa daerah dapat kita lihat pada kalimat berikut:
·        Anak-anak sudah pada datang.
Dalam bahasa Indonesia sebaiknya kalimat tersebut menjadi:
            Anak-anak sudah datang.

            Contoh lain pengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa, juga dapat kita lihat pada kalimat berikut. Penulis menemukan contoh ini dari sebuah rubrik di tabloid anak-anak Yunior.
·        Masuknya keluar mana? (Jawa: Mlebune metu endi?)
Kita sebaiknya mengganti kalimat tersebut dengan: Masuknya lewat mana?

II.3.6. Kata depan yang tidak perlu
            Sering kali kita membuat kalimat yang mengandung kata depan yang tidak perlu seperti pada kalimat berikut:
Contoh :
·        Di program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.
            Agar menjadi efektif, sebaiknya kita menghilangkan kata depan di, sehingga kalimatnya menjadi:
Program ini menyediakan berbagai fitur terbaru.

II.4. Hal yang Mengakibatkan Suatu Tuturan Menjadi Kurang Efektif
            Ada beberapa hal yang mengakibatkan suatu tuturan menjadi kurang efektif, antara lain

            II.4.1. Kurang padunya kesatuan gagasan.
            Setiap tuturan terdiri atas beberapa satuan gramatikal. Agar tuturan itu memiliki kesatuan gagasan, satuan-satuan gramatikalnya harus lengkap dan mendukung satu ide pokoknya. Kita bisa melihat pada contoh berikut:

Program aplikasi MS Word dapat Anda gunakan sebagai pengolah kata. Dengan program ini Anda dapat melakukan berbagai aktivitas perkantoran seperti mengetik surat atau dokumen. MS Word adalah produk peranti lunak keluaran Microsoft.
            Kalimat-kalimat pada contoh tersebut tidak mempunyai kesatuan gagasan. Seharusnya setelah diungkapkan gagasan tentang “fungsi MS Word” pada kalimat pertama, diungkapkan gagasan lain yang saling bertautan.
            II.4.2. Kurang ekonomis pemakaian kata.
            Ekonomis dalam berbahasa berarti penghematan pemakaian kata dalam tuturan. Sebaiknya kita menghindari kata yang tidak diperlukan benar dari sudut maknanya, misalnya:
·        membicarakan tentang transmigrasi
            Seharusnya: membicarakan transmigrasi
·        sudah pada tempatnya apabila
            Seharusnya: sudah selayaknya apabila
·        Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah, tetapi juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.
            Seharusnya: Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah dan kelompok elite.
            Atau: Depresi ekonomi dirasakan kaum pribumi di semua lapisan.

            II.4.3. Kurang logis susunan gagasannya.
            Tulisan dengan susunan gagasan yang kurang logis dapat kita lihat pada contoh berikut:
Karena zat putih telurnya itulah maka telur dan dagingnya ayam itu sangat bermanfaat untuk tubuh kita. Semua makhluk dalam hidupnya memerlukan zat putih telur, manusia untuk melanjutkan hidupnya perlu akan zat putih telur.
Kita dapat membuat tulisan itu menjadi efektif seperti berikut:
Semua makhluk hidup memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam. Manusia adalah makhluk hidup. Jadi, manusia memerlukan zat putih telur yang berasal dari telur dan daging ayam untuk melanjutkan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa telur dan daging ayam sangat bermanfaat bagi tubuh.

            II.4.4. Pemakaian kata-kata yang kurang sesuai ragam bahasanya.
Pemakaian bahasa tidak baku hendaknya dihindari dalam ragam bahasa keilmuan.
·        Penulis menghaturkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Gatot A.S atas bimbingannya dalam menyelesaikan buku ini.
·        Sehubungan dengan hal itu Takdir Alisyahbana bilang bahwa hal bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa internasional.
Pemakaian kata menghaturkan dan bilang tidak tepat untuk ragam bahsa keilmuan, sehingga kata-kata tersebut sebaiknya diganti dengan mengucapkan dan mengatakan.

II.4.5. Konstruksi yang bermakna ganda.
            Suatu kalimat dipandang dari sudut tata bahasanya mungkin tidak salah, namun kadang-kadang mengandung tafsiran ganda (ambigu) sehingga tergolong kalimat yang kurang efektif. Kalimat yang memiliki makna ganda dapat kita lihat pada kalimat-kalimat:
·        Istri kopral yang nakal itu membeli sepatu.
            Unsur yang nakal itu menerangkan istri atau kopral ? Jika yang dimaksud nakal adalah istri, maka kalimat itu seharusnya menjadi:
            Istri yang nakal kopral itu membeli sepatu.
·      Penyuluh menerangkan cara beternak ayam baru kepada para petani.
            Kata baru pada kalimat itu menerangkan kata ayam atau cara beternak? Jika kata baru menerangkan cara beternak, kalimat itu menjadi lebih baik seperti kalimat berikut:
            Penyuluh menerangkan cara baru beternak ayam kepada para petani.

            II.4.6. Penyusunan kalimat yang kurang cermat.
            Penyusunan yang kurang cermat dapat mengakibatkan nalar yang terkandung di dalam kalimat tidak runtut sehingga kalimat menjadi kurang efektif.
·        Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah untuk mengelola sejumlah manusia memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
             Kalimat tersebut dapat diperbaiki seperti berikut:
Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan, yakni pengelolaan sejumlah manusia, memerlukan keprihatinan serta dedikasi yang tangguh.
            Tugas kemanusiaan dalam suatu jabatan ialah pengelolaan sejumlah manusia. Hal ini memerlukan keprihatinan dan dedikasi yang tangguh.

II.4.7. Bentuk kata dalam perincian yang tidak sejajar.
            Dalam kalimat yang berisi perincian, satuan-satuan dalam perincian itu akan lebih efektif jika diungkapkan dalam bentuk sejajar. Jika dalam suatu kalimat perincian satu diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat, perincian lainnya juga diungkapkan dalam bentuk kerja, benda, frasa, maupun kalimat juga (sejajar).
Contoh kalimat yang perinciannya tidak sejajar:
·        Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, mengklasifikasikan data, dan menganalisis data.
Seharusnya:
            Kegiatan penelitian meliputi pengumpulan data, pengklasifikasian data, dan penganalisisan data.
·        Dengan penghayatan yang sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.
            Seharusnya:
            Dengan menghayati secara sunguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.
            Atau:
            Dengan penghayatan yang sungguh-sungguh terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, kita akan dapat hidup bermasyarakat dengan selaras, serasi, dan seimbang.

II.5. Kalimat Turunan
Kalimat Turunan adalah Kalimat non inti merupakan hasil proses dari mentransformasikan Kalimat Inti. Sebuah kalimat inti dapat ditransformasikan menjadi kalimat transformasi atau kalimat luas dengan mengubah ciri-cirinya, tetapi dengan tetap mempertahankan kata pada S dan P sebagai intinya.
Ciri-ciri dari kalimat turunan:
·                    Bersusun / majemuk.
·                    Tidak sempurna, elips.
·                    Berbentuk pertanyaan atau perintah.
·                    Bersifat medial, pasif dan negatif.

A. Kalimat Inti:  Kakak membaca majalah.
Kalimat-kalimat di bawah ini merupakan hasil transformasi dari kalimat tersebut.
a.                   Kakak membaca majalah?
b.                  Kakak membaca majalah tadi.
c.                   Kakak saya yang paling tua membaca majalah tadi.
d.                   Kakak tidak membaca majalah.
e.                    Membaca majalah, kakak.
f.                    Kakak membaca majalah saat hujan turun dengan deras.
Kalimat a  sampai dengan  f  merupakan kalimat hasil transformasi dari kalimat A kakak membaca majalah. Jika diperhatikan kalimat a sampai dengan  f, memiliki inti S dan P yang sama dengan kalimat A, S masih tetap diisi kata kakak dan P diisi oleh kata membaca.
  
BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
           
1.      Kalimat efektif adalah kalimat  yang di susun menurut pola struktur yang benar sesuai dengan situasi yang menyertainya. Perhatikan contoh kalimat berikut :
a.       Mereka menyelesaikan dengan meyakinkan dan baik serta dengan sangat memuaskan semua soal-soal ujian dalam waktu Sembilan puluh menit.
               Kalimat di atas berubah menjadi :
b.      Mereka menyelesaikan dengan baik semua soal-soal ujian dengan waktu Sembilan puluh menit.
2.       Sebuah kalimat efektif haruslah di susun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang di inginkan oleh penulis terhadap pembacanya.
3.      Persyaratan-persyaratan yang perlu di perhatikan dalam membuat kalimat efektif yaitu :
a.       Kesepadanan dan kesatuan.
b.      Kesejajaran bentuk-bentuk bahasa yang di pakai.
c.       Penekanan untuk mengemukakan ide pokok.
d.      Kehematan dalam menggunakan kata.
e.       Kevariasian dalam struktur kalimat.

III.2. Saran
            Setelah kami mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kalimat efektif, ternyata tidak mudah untuk memilih pilihan kata yang tepat, sehingga membuat kalimat yang kita gunakan bisa menjadi lebih efektif. Dengan memperhatikan syarat syarat untuk membuat kalimat efektif seperti gramatikal, pilihan kata, penalaran, dan keserasian, yang syarat-syarat tersebut harus diterapkan untuk menyusun kalimat yang efektif. Sehingga kita dapat mengetahui kalimat mana yang lebih efektif untuk digunakan dalam situasi tertentu.
            Saran kami, agar tugas Dasar-Dasar Menulis yang membahas tentang kalimat efektif ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh pembaca. Sehingga pembaca dapat mengerti apa saja syarat-syarat yang diperlukan untuk membentuk suatu kalimat efektif.